Rabu, 07 Desember 2011

Tips Mengatasi Kebiasaan Buruk Pada Anak




Awalnya, lucu melihat si kecil menghisap jempolnya. Tapi lama kelamaan kok sulit ya menghentikannya?

Menghisap jempol, menggigit kuku, mengamuk, mengompol, beberapa keluhan yang mungkin sederhana tapi bisa membuat pusing orangtua. Di tambah lagi kekhawatiran akankah kebiasaan ini berakibat buruk pada si kecil. Apa saja kebiasaan si kecil yang sering dikeluhkan orangtua?


MENGHISAP IBU JARI

Mengisap ibu jari umum terjadi pada bayi usia 3 bulan - 2 tahun. Jika kebiasaan ini terjadi setelah anak usia tiga tahun, padahal sebelumnya tidak atau sudah berhenti, bisa jadi si anak sedang stres dan perlu dicari penyebabnya. Bila kebiasaan mengisap ibu jari terus berlanjut hingga usia sekolah dasar dapat mengganggu pertumbuhan gigi, diare, dan yang terpenting mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.

SOLUSI

Bila si kecil masih bayi tak perlu terlalu khawatir. Namun jika sudah amat mengganggu coba ganti dengan empeng dan hentikan sedikit demi sedikit.

  • Bila terjadi setelah usia satu tahun, mungkin si kecil sedang lelah atau bosan, alihkan kegiatannya.
  • Bila terjadi pada usia 5-6 tahun, beri penjelasan akibat dari kebiasaan buruknya, anda dapat memberinya hadiah (reward) bila anak berhasil menghentikannya.
  • Jika tetap saja sulit ditangani, sangat mungkin terdapat ketidakmatangan emosi dan sosial hingga memerlukan penanganan lebih khusus. 


MENGGIGIT KUKU

Menggigit kuku kadang merupakan perpanjangan dari kebiasaan mengisap ibujari. Paling banyak terjadi saat anak menginjak remaja (13-15 tahun), bisa juga lebih. Jika kebiasaan ini belum hilang juga, seringkali ketika dewasa beralih menjadi kebiasaaan merokok, makan permen karet, mengorek hidung, atau memainkan rambut. Menurut ahli, kebiasaan buruk ini adalah ekspresi dari kegelisahan, rasa tertekan, kecewa, dan kemarahan. Sisiri penyebabnya dulu.

SOLUSI

  • Beri pengertian kepada anak tentang akibat buruk menggigit kuku dan penyakit yang dapat timbul karena kebiasaan ini.
  • Mengalihkan kebiasaan tersebut pada bentuk permainan dengan teman sebaya.
  •  
KEBIASAAN MENAHAN NAFAS
(BREATH HOLDING SPELL)


Sering terjadi pada usia 1-5 tahun. Diduga ini merupakan bentuk awal dari temper tantrum pada saat si kecil sudah mampu mengekspresikan rasa frustasi. Bisa jadi ada gangguan hubungan emosional orangtua dengan anak, misalnya ibu yang terlalu sabar, orangtua overprotektif, yang selalu memenuhi kebutuhan anak, atau orangtua yang tidak konsisten.

Umumnya, didahului dengan menangis, berhenti, lalu anak menahan napas, bahkan bisa sampai kebiruan di sekitar mulut dan muka. Kadang anak tampak lemas atau timbul gerakan seperti kejang. Berlangsung 5-10 detik.

SOLUSI

  • Jangan panik, kenali kapan biasanya si kecil mulai menahan napas.
  • Hindari gerakan berlebihan seperti mengejutkan, membentak, menepuk, memberi minum, dan sebagainya. Yang penting pastikan anak merasa nyaman, dengan menggendong atau memeluknya.
  • Jika terus berlanjut, kebiasaan ini perlu dihilangkan, misalnya dengan mengubah perilaku orangtua pada si kecil.
  •  
MENGAMUK (TEMPER TANTRUM)

Mengamuk umum terjadi saat anak berusia 3-12 tahun, lebih sering pada laki-laki. Anak menjerit, memukul, menendang, menjatuhkan badan ke lantai, memukul kepala, atau melempar barang. Penyebabnya bisa karena meniru orangtua, atau kepribadian anak sendiri (bossy, aktif dan energik), ketakutan luar biasa, ketidakcocokan dengan orangtua saat anak sedang berkembang pribadinya, orangtua yang terlalu membebaskan atau overprotektif, tidak konsisten, faktor keturunan, kecemburuan pada saudara, dan sebagainya.

SOLUSI

  • Jangan penuhi keinginannya bila si kecil tantrum, biarkan saja. Begitu anak menyadari ia tak mendapat apa-apa, tantrum akan berhenti.
  • Mungkin saja cara ini tak berhasil, yang penting orangtua harus sabar, jangan tergesa-gesa mengambil sikap, misalnya karena malu dilihat orang.
  • Ingat, orang-tua sebaiknya selalu konsisten.
  •  
  •  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar